“Pandemi menciptakan perubahan. Kesetiakawanan melahirkan harapan.” Kalimat tersebut menjadi motivasi saya dalam menulis tulisan ini. Kalimat yang saya baca ketika menyaksikan video di kegiatan Anugerah PWI Kota Bogor pada pertengahan Desember 2020 lalu untuk Pejuang di Tengah Pandemi ini mengingatkan saya akan masih adanya orang baik. Ya, orang baik yang terus berupaya melakukan upaya-upaya mulia di tengah kondisi negara yang masih saja memiliki kabar huru-hara.
Pagebluk yang terjadi pada tahun 2020 ini memang benar-benar menciptakan perubahan. Dunia pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi berubah drastis, pun demikian dengan dunia komunitas di Bogor.
Satu dua bahkan banyak perusahaan yang gulung tikar, satu dua bahkan banyak komunitas juga berhenti melingkar, berhenti berkontribusi dan berkarya. Perenggangan sosial menjadi salah satu faktor kegiatan-kegiatan komunitas berhenti. Jangan pun melakukan kegiatan belajar mengajar di kampung-kampung prasejahtera, belajar di sekolah juga harus berhenti, semua harus mengurangi silaturahmi. Kegiatan komunitas yang biasanya bisa kita nikmati seperti Sebersy di Kampung Ceger, Rumah Merah Putih di Kampung Mongol, Terminal Hujan di Kebon Jukut, Kabupaten Bogor Mengajar dan Jembatan Mimpi di Kabupaten Bogor serta kegiatan-kegiatan Sanggar Juara, IPB Mengajar, Urban Sakola, dan Forum For Indonesia yang biasanya digelar di Bogor bagian barat juga harus berhenti.
Kegiatan-kegiatan yang berfokus pada bidang lingkungan, literasi dan lainnya juga berhenti seketika.
Selain itu, para mahasiswa baik itu yang merantau ke Bogor atau bahkan orang Bogor yang biasanya menjadi roda-roda di Komunitas Bogor harus pulang kandang. Memilih kembali bersama keluarga agar bisa jaga diri dan jaga keluarga. Otomatis, beberapa kegiatan komunitas menjadi vacuum of power meski ada juga yang terus mencoba bergerak melalui kegiatan-kegiatan dalam jaringan (daring) atau online.
Agak sedih memang. Hari-hari akhir pekan yang biasanya diisi oleh Komunitas Pegiat Perubahan seolah sepi tak berbunyi. Bahkan, di dalam satu renungan, keadaan itu yang kadang mengganggu pikiran saya dan semoga tidak terjadi. Yaitu matinya komunitas, dan hilangnya kepedulian manusia terhadap manusia dan lingkungan. Akan seperti apa keadaan bila demikian? Jangan.
Tetapi, izinkan saya bernafas lega dan kembali membaca kalimat kedua dari kalimat yang menjadi pembuka tulisan ini. Kesetiakawanan melahirkan perubahan. Ternyata, di tengah kegamangan manusia, masih banyak tangan-tangan mulia yang terus mencari cara untuk berdaya.
Dan kesetiakawanan itu benar-benar melahirkan harapan. Di tengah mereka yang mencoba mengurung diri di rumah meski terhimpit keadaan ekonomi, ada banyak anak muda yang terus konsisten melakukan kebaikan. Kabar berbagi kebaikan yang terus konsisten dilakukan oleh Relawan Cibinong, Bogor Mengabdi, Keboen Sastra, Laskar Sedekah hingga Jumat Berbagi menjadi bukti bahwa harapan itu terus berkobar.
Bahkan, tidak sedikit komunitas atau gerakan kolektif yang lahir dari keadaan ini. Sebut saja Bogor Rise Against Corona atau BORAC.19 yang pada memiliki cara yang kreatif dalam menggalang dana, ada juga Alumni Peduli yang merupakan lulusan alumni-alumni universitas terkemuka dan ingin berkontribusi untuk masyarakat bahkan Temanco yang mencoba membantu memberikan api semangat dan dorongan kepada penyintas yang dinyatakan positif COVID-19.
Selain itu, beberapa kabar menggembirakan juga mewarnai dunia Komunitas Bogor di tengah pandemi. Pertama, sebut saja Sebersy yang terus bergerak di Kampung Ceger selama 10 tahun telah berhasil menarik perhatian Media Nasional Kompas yang menjadikan Wali Kota Bogor Bima Arya juga tahu bahwa ada komunitas anak muda hebat yang telah berkontribusi untuk kotanya. Ada juga IPB Mengajar yang meski di tengah pandemi tetap berkontribusi di dunia pendidikan yang menjadikannya diberitakan oleh Koran Tempo. Ada pula Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) yang mendapatkan perhatian dari Uni Eropa atau seperti Generasi Cerdas Iklim (GCI) yang diundang menjadi Narasumber oleh salah satu Kampus di Belanda. Dan terakhir kabar baik dari Bogor Mengabdi yang mendapatkan penghargaan di Anugerah PWI Kota Bogor 2020 sebagai Pejuang Filantropi.
Masih di tengah pandemi namun di ranah ekonomi kreatif (ekraf), Bogor Ngariung merasa bersyukur karena telah diberikan kesempatan untuk ikut membangun Forum Ekraf di Kota Bogor melalui Rembug Kreatif (ReKa) Kota Bogor dan juga Kabupaten Bogor melalui Perkumpulan Sektor Pelaku Ekonomi Kreatif (PERSPEKTIF). Bukan hanya agak beda membangun Forum di tengah keadaan yang serba sulit ini. Namun menjadi awal yang baik setelah banyaknya stigma bermunculan bahwa mengumpulkan pelaku kreatif di Bogor adalah hal yang tabu. Tapi ReKa dan PERSPEKTIF mencoba membuka lembaran baru.
Tahun 2020 telah menjadi tahun yang sangat pilu. Semua sektor harus berhenti bahkan lumpuh. Namun, meratapi keadaan sama saja tidak mempersiapkan masa depan. Tahun 2020 tinggal menghitung hari. 2021 memang belum ada yang pasti. Kebangkitan gerakan komunitas yang selalu dilandasi dengan kepedulian dan cita-cita perubahan akan kembali ditantang.
Sambil menunggu hasil Riset tentang Kota Kita dan Kopid dari Kampoeng Bogor, saya berharap komunitas yang vacuum dapat kembali bangun. Dan terus lahir komunitas baru yang tentunya ciptakan harapan baru. Aamiin.
Salam Ngariung,
Salam Perubahan.
Ditulis oleh : Robby Firliandoko
Diedit oleh : Fikry Hawali
Semangat terus kang Robby dan semua komunitas yang ada di Bogor. Semoga selalu memberikan energi positif untuk kota Bogor.
Terus bergerak. Perlahan sambil ukur diri. Jangan berhenti!