haibogorngariung@gmail.com Sign In | Sign Up

Siaran Antara RRI Bogor Dengan Komunitas Lingkungan ‘Simpul Selatan’ di Program KomBo

Bogor Ngariung kembali mengadakan kerjasama dengan stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Bogor. Dalam bincang-bincang episode ‘KomBo’, yang selalu mengudara tiap hari Rabu malam untuk mewawancarai salah satu komunitas yang eksis di Bogor. Pada Rabu (22/01/2020), RRI Bogor berbincang asik bersama kawan-kawan dari komunitas lingkungan, yakni Simpul Selatan.

Simpul Selatan sendiri adalah kepanjangan dari Silaturahmi Lintang Madani Penikmat Lingkungan. Oleh karena itulah, komunitas ini dikategorikan sebagai komunitas lingkungan. Simpul sendiri istilahnya adalah ikatan yang tidak menjerat. Dimana, “ikatan tersebut mewakili sebuah hubungan antar anggota yang bisa gabung dengan kita tanpa keterikatan dalam artian bebas, tapi memiliki jalinan yang kuat,” jelas Yazid, penasehat di Simpul Selatan.

Komunitas Simpul Selatan pertama kali digagas oleh seorang lelaki yang akrab dipanggil Kang Jijis. Beliau juga merupakan anggota dari komunitas Teras Mimpi Cigombang. Komunitas Simpul Selatan memiliki 4 divisi yang bergerak dibidang Sosial, Pendakian, SDM/Sumber Daya Manusia dan DTD (Door to Door).

Namun, kemunitas mereka saat ini memfokuskan pada kegiatan pengenalan/awareness dan membangkitkan kembali ingatan tentang permainan tradisional dalam rangka pelestarian budaya. Tujuannya, agar anak-anak tidak tegerus dengan moderenisasi. Wah, keren sekali bukan visi mereka. Selain itu, mereka juga berniat untuk membantu anak-anak zaman sekarang agar tidak kecanduan dengan gadget. Mereka merasa kasihan dengan anak-anak yang harus sampai direhab dan dirawat akibat gadget.

Hayo, siapa yang masih ingat dan masih suka play permainan-permainan tradisional disini? Inget congklak, sondah/engkle, egrang/jajangkungan, gatrik, gala asin dan sebagainya. Nah, itulah beberapa permainan yang komunitas Simpul Selatan lestarikan, guys. Mereka juga bilang, kalau permainan-permainan tersebut tidak hanya anak-anak yang belajar. Tetapi, mereka juga menggali lagi permainan-permainan tradisonal lainnya. Jadi nostalgia deh.

Kegiatan Door to Door ini juga sudah berlangsung selama 4 tahun. Kemarin pada tanggal 18 dan 19 Januri 2020. Mereka menyelenggarakan kegiatan tersebut di Kampung Cipugur, Kab. Bogor yang terkena bencana alam. Komunitas tersebut berniat untuk membangkitkan kembali semangat anak-anak pasca bencana yang menimpa kampung mereka. Komunitas Simpul Selatan menurunkan sedikitnya 15 anggota mereka untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Kegiatan tersebut tidak hanya menghibur anak-anak lewat permainan-permainan tradisional yang dimainkan bersama. Tetapi juga ikut berpartisipasi dalam penyaluran bantuan berupa makanan dan minuman. Antusias dari anak-anak yang luar biasa dan diluar dugaan membuat mereka terharu sekaligus kebingungan. Karena stok bingkisan yang mereka bagikan nyatanya kurang. Sehingga tim komunitas Simpul Selatan pun harus membongkar ulang bingkisan agar semua anak kebagian. Sedih, nggak sih?

Padahal sebelumnya, komunitas Simpul Selatan telah mendata keberadaan anak-anak di kampung tersebut sebanyak 139. Eh, bingkisan yang mereka bawa hanya 120 aja. Tetapi, mereka terbantu dengan adanya salah satu yayasan disana yang biasa memberikan bantuan juga berupa makanan & minuman. Sehingga jumlah dan isi bingkisan pun bertambah. Alhasil, semua anak-anak kebagian mendapkan bingkisan.

Diawal, komunitas mereka memainkan ‘Ice Breaking’ sebelum ke acara inti, yakni permainan tradisional. Permainan tradisonalnya sendiri berupa bola pantul, engkle, karet, boyboyan, dongeng dan lainnya. Bahkan, mereka juga mengadakan workshop pembuatan mobil-mobilan dari bambu. Kegiatan tersebut berlangsung dengan lancar dan anak-anak pun senang. Meskipun tim komunitas Simpul Selatan harus melewatkan sarapan dan makan siang mereka demi kelancaran acara tersebut. Salut, deh saya sama kakak-kakak luar biasa ini. Semoga semakin banyak komunitas-komunitas lainnya yang bisa ikut berpartisipasi membantu saat bencana melanda baik bentuk jasa, uang, makanan dan lainnya.

Penulis : Wiwi HartinI
Foto : Dokumentasi

%d bloggers like this: