haibogorngariung@gmail.com Sign In | Sign Up

Geliat komunitas di Kota Bogor sudah menjadi fenomena yang menarik. Dari mulai komunitas hobi, komunitas warga hingga komunitas pegiat perubahan yang memberikan kontribusi untuk lingkungan dan Bogor yang lebih baik.
Menariknya, komunitas tidak hanya berkumpul dan menikmati secangkir atau barang kali dua cangkir kopi, tapi mereka mencoba ikut urun andil dalam menyelesaikan masalah yang ada. Komunitas dan organisasi jenis ini sangat banyak di Bogor.
Selain hadir dan banyaknya organisasi pegiat perubahan, Bogor memiliki wadah yang tidak banyak kota lain miliki. Bogor Ngariung hadir untuk mewadahi komunitas dan organisasi pegiat perubahan sejak 8 Maret 2014. Terhitung dari data, jumlah komunitas dan organisasi yang tergabung sudah mencapai 99 komunitas dan organisasi dari 9 bidang yang berbeda.

 

Bidang tersebut diantaranya adalah Pendidikan, Lingkungan, Sejarah dan Budaya, Sosial, Pengembangan Masyarakat, Media dan Komunikasi, Literasi, Olahraga dan Seni.


Saling mengenal, saling mendukung, dan bersinergi untuk perubahan Bogor yang lebih baik menjadi nilai-nilai yang dihasilkan dari Bogor Ngariung. Banyaknya anggota yang tergabung, baiknya nilai yang dilahirkan dan usianya yang sudah menginjak empat tahun menjadi ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk meneliti komunikasi organisasi di lingkungan organisasi Bogor Ngariung.
Audit Komunikasi Organisasi dipilih karena menurut Andre Hardjana (dalam Kriyantono, 2012: 304), Audit komunikasi merupakan kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Kemudian Mohammed dan Bungin (2015: 8-9) menambahkan bahwa komunikasi yang efektif terjadi ketika adanya tingkat kepuasan yang tinggi dalam proses komunikasi antara sumber dengan penerima.

Perwakilan dari berbagai komunitas dan organisasi yang tergabung di Bogor Ngariung saat menghadiri undangan Presiden di Istana Bogor untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2017

 

Audit komunikasi yang dilakukan sejak Desember 2017 hingga Maret 2018 ini berfokus pada kepuasan komunikasi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti mewawancarai 7 informan dari 7 bidang yang berbeda dan menghasilkan bahwa jejaring merupakan faktor utama kepuasan terhadap komunikasi organisasi di Bogor Ngariung.
Bogor Ngariung dinilai dapat memudahkan komunitas dan organisasi pegiat perubahan untuk saling mengenal dan memudahkan untuk melakukan sinergisitas dan kolaborasi. Informan pun merasa sebelum hadirnya Bogor Ngariung kerap kali merasa sendiri dan merasa sulit untuk mengajak komunitas dan organisasi lain untuk bersinergi.

 

Sejak hadirnya Bogor Ngariung, komunitas dan organisasi kerap kali bersinergi dengan komunitas satu bidang maupun lintas bidang.

Foto penulis dari berbagai komunitas saat peluncuran buku Bogor Hujan Komunitas

 

Selain itu, informan juga mengutarakan bahwa karena Bogor Ngariung mereka menemukan sahabat dari lintas komunitas yang saling mendukung meski lingkarannya kecil. Meskipun demikian, penelitian ini juga menemukan indikasi lain, yaitu di antara keinginan mengganti grup koordinasi yang sebelumnya di LINE untuk pindah ke Whatsapp, kemudian kegiatan saling mendukung masih belum dilakukan secara masif, minimal saling mendukung di media sosial dengan cara saling mengunggah informasi positif tentang komunitas atau organisasi lain.

Komunitas Bogor selesai melakukan aksi bebersih hutan kota A. Yani

 

Jejaring atau kemudahan satu sama lain untuk saling mengenal merupakan hasil positif yang ada di Bogor Ngariung, untuk itu Bogor Ngariung beserta seluruh komunitas dan organisasi pegiat perubahan yang ada di dalamnya harus mampu menjaga hasil baik ini dan menceritakan kepada dunia bahwa sudah saatnya kerja bakti dan bukan kerja sendiri, sudah saatnya kolaborasi bukan kompetisi.

 

Oleh karena itu, Bogor Ngariung dan seluruh komunitas dan organisasi pegiat perubahan yang ada di dalamnya juga harus mencium indikasi yang ada sehingga dapat menjaga hubungan baik ini dengan kegiatan yang saling mendukung, baik secara langsung, maupun secara maya.
Hasil penelitian dari Robby Firliandoko

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Djuanda.

 

%d bloggers like this: