Saat kita bisa menguasai satu bahasa asing, biasanya kita penasaran juga ingin mempelajari bahasa yang lain kan? Tentu saja, untuk dapat bergabung dan berinteraksi langsung dengan komunitas atau budaya luar. Tahukah anda, bahwa di Kota Bogor ada komunitas yang bergerak di bidang pendidikan dan literasi serta berfokus pada pengajaran bahasa.
Ini dia, Fakta Bahasa Bogor yang berada di bawah naungan Fakta Bahasa Nasional, yang mewadahi teman-teman yang ingin belajar bahasa dan didirikan pada tahun 2013.
Dengan tujuan menjadi tempat bagi teman-teman yang ingin belajar bahasa sehingga memiliki wadah menempatkan minatnya, seperti yang kita tahu, jika ingin belajar bahasa asing dengan kursus, perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal.
Fakta Bahasa Bogor yang disingkat menjadi Faba saat ini memiliki anggota 50-60 orang yang disebut pupils yaitu teman-teman yang mau belajar dan ikut partisipasi clubing dengan kisaran usia 17-30 tahun dan tentunya memiliki kecintaan terhadap bahas dan literasi.
Beberapa jenis kegiatan yang menjadi agenda rutin Faba yaitu clubing yang diselenggarakan setiap hari minggu di Gedung IPB Pascasarjana Baranangsiang. Saat ini Faba memiliki delapan kelas bahasa yaitu Inggris, Inggris Conversation, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, Italia dan ada pula bahasa daerah (Jawa) dengan klasifikasi kelas yang terbagi lagi menjadi dua yaitu pemula dan lanjutan.
“Tidak hanya belajar bahasa, pemuda Bogor yang tergabung di Faba Bogor juga pernah berkolaborasi dengan Urban Sakola untuk mengadakan kegiatan pendidikan di daerah pelosok,” jelas Ketua Faktabahasa Bogor Hanna.
Faba Bogor membuka pendaftaran bagi teman-teman yang memiliki kemampuan untuk mengajar bahasa asing serta ingin berbagi ilmu dengan teman-teman lain. Dan untuk anggota baru sendiri pendaftaran dibuka setiap satu tahun sekali, teman-teman juga bisa mendapatkan informasinya dari media sosial yang Faba miliki yaitu @faktabahasabogor.
“Saya berharap Faba bisa terus ada di kota Bogor dan terus jadi komunitas yang bisa mewadahi teman-teman yang mau belajar bahasa dan budaya asing.” ungkap Hanna.
Ditulis oleh: Tessa Susanti
Editor: Robby Firliandoko
Foto: Dokumentasi