“Jangan takut. Keluarlah dari zona nyaman, karena ketidaknyamanan adalah satu proses pendewasaan menuju diri yang lebih baik.”
Alfian Patria Tanaya
Begitulah pesan Alfian Patria Tanaya pada sesi NGOSIP episode 7 di live Instagram Bogor Ngariung, Sabtu 6 Februari 2021 lalu. Pria yang akrab disapa Kang Alfian itu adalah ketua Kabupaten Bogor Mengajar (KBM), sebuah komunitas yang berfokus di sektor pendidikan, khususnya di wilayah Kabupaten Bogor. Dimoderatori langsung oleh Community Development Bogor Ngariung, Irfan Hartono, diskusi malam itu bertajuk “Kolaborasi Pemuda-Pemudi dalam Komunitas”.
Bogor Ngariung tidak salah memilih Kang Alfian beserta Kabupaten Bogor Mengajar sebagai pembicara. Komunitas bidang pendidikan yang didirikan pada 4 Juli 2017 ini sudah hampir empat tahun mengayomi masyarakat kelas menengah ke bawah demi mengakses tingkat pendidikan yang lebih baik. Dengan anggota komunitas yang mayoritas diisi oleh mahasiswa dan mahasiswi, semangat KBM untuk mengajar dan menyebarkan ilmu terus bergelora.
Walaupun beberapa program kerja (proker) mereka sempat terhambat akibat menyebarnya virus korona, tetapi ada satu program yang kemudian menjadi tulang punggung pergerakan KBM di masa pandemi. Program itu adalah Kelas Kejar Paket. Sejak Desember 2020, proker yang diinisiasi untuk membantu anak-anak putus sekolah itu bisa dilaksanakan kembali secara tatap muka. Ini menjadi angin segar buat para peserta didik. Pasalnya, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak yang berasal dari keluarga pra-sejahtera. Jangankan paket internet, gadget saja mereka tidak punya. Dengan keterbatasan tersebut, pembelajaran daring jelas menjadi satu hal muskil untuk dilakukan.
“Permasalahan ekonomi membuat banyak peserta didik putus sekolah. Mereka rata-rata berasal dari keluarga kurang sejahtera. Harapannya, program ini (Kelas Kejar Paket) dapat membantu meluluskan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau untuk keperluan kerja mereka,” tutur Kang Alfian menjelaskan.
Dengan berpedoman pada salah satu misi mereka, yakni mereduksi angka putus sekolah di Kabupaten Bogor, KBM bekerja sama dengan Dinas Sosial serta Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor dalam mengeksekusi program Kelas Kejar Paket. Mereka juga menjalin komunikasi erat dengan Sanggar Tabayyun, di mana kegiatan berlangsung setiap akhir pekan.
Kang Alfian turut mengungkapkan, bahwa di masa pandemi ini, KBM tidak hanya aktif berkegiatan di luar semata. Mereka kini tengah fokus membenahi dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas anggota KBM dalam rangka persiapan proker ketika pandemi berakhir nanti.
“Pandemi memang menjadi tantangan buat penggiat komunitas, seperti yang KBM alami. Periode kepengurusan lalu, ada tiga proker yang harus di-cut akibat pandemi. Maka, yang bisa kami lakukan saat ini adalah melakukan pendalaman skill dan kemampuan anggota KBM sebagai persiapan pascapandemi nantinya. Anak-anak (anggota KBM) sudah pada gatel soalnya untuk kembali berkegiatan,” ujarnya.
Pendalaman kemampuan anggota KBM ini lantas menjadi salah satu bentuk konkret kolaborasi pemuda-pemudi komunitas. Karena baginya, makna ‘kolaborasi’ tidak melulu bersinggungan dengan hubungan eksternal saja, tetapi juga bagaimana internal komunitas merekatkan persaudaraan dalam tubuh komunitas itu sendiri. “Kolaborasi tidak selamanya tentang eksternal, antarkomunitas. Dalam suatu komunitas, masing-masing divisi juga harus saling berkolaborasi demi menyukseskan visi misi komunitas, seperti yang KBM tengah lakukan saat ini,” tutur kang Alfian.
“Secara dinamika, komunitas lebih fleksibel dibanding, misalnya, organisasi kampus. Setiap orang yang bergabung dengan komunitas berasal dari latar belakang berbeda. Ada yang kuliah, kerja, bahkan masih sekolah. Akhirnya, bagaimana kita menciptakan kebersamaan untuk memajukan komunitas. Dalam arti lain, kolaborasi sudah dimulai ketika setiap orang memutuskan bergabung ke dalam suatu komunitas,” ucap Kang Alfian menegaskan.
KBM adalah satu rancang bangun komunitas yang didirikan oleh banyak orang. Ia tidak bergerak satu bagian per satu bagian, tetapi merupakan hasil kerja sama dan kolaborasi para anggotanya di bawah visi dan misi yang sama. Di sini, tidak hanya peran ketua komunitas saja yang penting, tetapi peran seluruh awak KBM pun tak bisa dilepaskan.
Maka sebagai ketua komunitas, Kang Alfian menganut konsep kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Pria yang mengenyam pendidikan tinggi di Institut Teknologi PLN itu percaya bahwa pemimpin seyogiayanya merupakan penuntun jalan di depan, perangkul bahu di tengah, dan pendorong semangat dari belakang. Artinya, pemimpin, bahkan di lingkup komunitas sekali pun, harus bisa memosisikan diri sebaik dan setepat mungkin.
Dan dengan cara yang sama, KBM bahu-membahu bersama komunitas-komunitas lain dalam berkegiatan. Menurutnya, dalam setiap komunitas, dibutuhkan pemuda-pemudi penggerak yang mampu menjembatani komunikasi antara mereka, untuk kemudian disatupadukan dalam satu kolaborasi komunitas.
“Komunitas itu saling bersinergi. Kita di sini tidak sedang unjuk gigi, memperlihatkan komunitas mana yang paling menonjol, tidak. KBM pernah berkolaborasi dengan Urban Sakola, Cibinong Society, Jembatan Mimpi, Lindungi Hutan, dan banyak komunitas lain. Saya sampai lupa saking banyaknya,” tutur Kang Alfian.
Ketika ditanya perihal kurang percaya dirinya seseorang tatkala baru ingin bergabung dengan KBM atau komunitas-komunitas lainnya, ia hanya menjawab pendek: ‘jangan takut’. Ia melanjutkannya dengan menyampaikan satu pesan singkat nan kuat bagi siapa pun yang ingin bergerak dan berdinamika bersama komunitas. Pesan yang kemudian menjadi kalimat pembuka sekaligus penutup tulisan ini. “Jangan takut. Keluarlah dari zona nyaman, karena ketidaknyamanan adalah satu proses pendewasaan menuju diri yang lebih baik,” katanya meyakinkan.

Bagi teman-teman yang tertarik mengenal lebih dalam Kabupaten Bogor Mengajar, silakan akses ikuti Instagram/Facebook/Twitter: @kab.bogormengajar. Simak keseruan live Iinstagram NGOSIP eps. 7 “Kolaborasi Pemuda-Pemudi dalam Komunitas” bareng Kabupaten Bogor Mengajar di Instagram @bogor.ngariung dan podcast-nya di Spotify.
Penulis : Fauzan Hanif
Editor : Fikry Hawali