Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Bogor ingin memiliki peta terkait kondisi warga dan persepsi warga mengenai pandemi covid-19 di Kota Bogor. Hal tersebut disampaikan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya pada kegiatan Diskusi Publik Online yang mengusung Tema Bogor Kala Wabah oleh Komunitas Kampoeng Bogor pada Sabtu, 28 November 2020.
Miris dan ironis, adalah dua kata yang disampaikan oleh Wali Kota Bima Arya Sugiarto saat memulai diskusi publik secara dalam jaringan (daring) Sabtu lalu. Bima menjelaskan, miris yang Ia maksud adalah karena saat ini kondisi covid-19 hampir mencapai puncak karena kasus terkonfirmasi Covid terus ada dan meningkat. Sementara ironis mewakili keadaan masyarakat yang tingkat kesadarannya semakin menurun meski kasus terkonfirmasi masih terus memuncak.
“Kasus covid di Kota Bogor belum juga turun bahkan terus memuncak, sementara masyarakat sudah mulai berkumpul dan menciptakan kerumunan karena beberapa faktor, yakni jenuh dan ekonomi. Namun saya terus memotivasi pemerintah bahwa kita ga boleh jenuh,” kata Bima Arya.
Untuk itu, Bima menjelaskan akan membenahi 3 hal yang sebelumnya sudah dilakukan yakni Tracing, Testing dan Treatment. Bahkan, Bima menyampaikan bahwa akan melalukan pengadaan Mobil PCR agar semakin cepat mendapatkan hasil SWAB dan melakukan pertanyaan mendalam kepada pasien agar bisa mengetahui kontak erat dan persebaran.
“Kita ingin punya peta terkait kondisi warga dan persepsi warga. Untuk itu saya mendukung Riset yang dilakukan Kampoeng Bogor dan sebelumnya kami sudah bekerja sama dengan Lapor Covid dan NTU untuk mengetahui persepsi di tengah masyarakat dan tokoh yang memengaruhi mereka seperti Dokter dan Tokoh Agama,” tambah Bima.
Sejalan dengan harapan Pemerintah Kota Bogor, Perwakilan Kampoeng Bogor Reza Adhiatma menjelaskan bahwa Riset Kota Kita dan Kopid yang tengah dilakukan oleh Kampoeng Bogor bersama RUJAK Center of Urban Studies ini untuk menggali persepsi dan narasi tentang Covid yang ada di Kota Bogor.
“Ada banyak yang menarik di tengah Pandemi yang terjadi di Kota Bogor dari mulai mobilitas, persepsi publik hingga Wali Kota Bogor yang menjadi pasien nomor satu di Kota Bogor. Selain itu, peran masyarakat dan komunitas juga sangat baik. Sehingga kami ingin menyusun narasi tersebut dan memproduksi pengetahuan agar bisa menjadi warisan yang baik. Dan kami harapkan warisan pandemi itu bukan hanya vaksin, tapi juga pengetahuan,” kata Reza.
Sementara, Mantan Penyintas Covid dan juga inisiator gerakan Temanco Ara Wiraswara memulai diskusi dengan menceritakan kabar hari ini dari empat orang terdekatnya yang menyampaikan bahwa ada keluarga atau tetangga dekat mereka yang terpapar virus corona. Hal ini, menjadikan suatu kesimpulan sementara bahwa pandemi belum usai.
Pria yang juga merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai Kasubag Kerja Sama dan Administrasi Pemerintahan ini juga menyampaikan bahwa pengalaman menjadi penyintas bukanlah pengalaman yang menyenangkan melainkan menyedihkan karena 90 persen aktivitas sosial harus berhenti dan mengisolasi diri.
“Kurang lebih tiga bulan saya isolasi dan merasakan belasan kali swab karena pada saat itu peraturan menjelaskan bahwa pasien bisa dikatakan sembuh setelah dua kali negatif secara beruntun. Keadaan itu sangat menyedihkan. Namun dukungan keluarga dan orang terdekatlah yang menjadi motivasi bagi saya. Untuk itu setelah saya sembuh saya dedikasikan diri untuk mendampingi pasien dan menginisiasi Temanco bersama kawan-kawan Salam Aid,” kata Ara.
Keadaan pandemi yang menyerang sektor kesehatan dan ekonomi juga mendorong inisiatif warga untuk ikut turun tangan membantu Tenaga Medis dan masyarakat. Inisiatif-inisiatif itu bermunculan di Kota Bogor. Dari mulai gerakan warga, pemuda hingga lembaga. Salah satunya Salam Aid lembaga kemanusiaan yang berlokasi di Tanah Baru.
Direktur Salam Aid Luthfi Kurnia menjelaskan bahwa sejak pandemi mendera negeri asalnya yakni negeri tirai bambu, Salam Aid sudah mulai memelajari dan menangkal virus tersebut dengan kegiatan edukasi.
Luthfi bercerita bahwa fokus Salam Aid adalah mengurangi risiko bencana dan meningkatkan kapasitas masyatakat agar dapat mengantisipasi bencana. Untuk itu, sejak pandemi belum masuk di Bumi Tercinta, Salam Aid sudah mendorong masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diawali di sekolah-sekolah.
“Semenjak bulan maret kami juga mulai membantu tenaga medis dalam penyiapan APD serta vitamin dan menggerakan masyarakat untuk berbagi melalui program Gerai Pangan Gratis,” kata Luthfi.
Kemudian, setelah sahabatnya Ara Wiraswara sembuh, Salam Aid bersams Ara membangun gerakan bernama Temanco. Temanco sendiri adalah Gerakan Berbasis Relawan untuk membantu pemulihan psikis penyintas dan keluarga.
“Alhamdulillah total penerima manfaatnya sudah mencapai 96 KK, 250 jiwa, dan 50 persennya sudah sembuh. Dalam satu hari kami bisa menerima 3 sampai 4 pasien baru dan kami juga memiliki kendaraan khusus untuk menjemput pasien,” kata Luthfi.
Kemudian, Luthfi juga menceritakan bahwa dalam waktu dekat akan meluncurkan program Satgas Covid Pelajar atau Scope yang tujuannya mengajak pelajar menjadi satgas di tengah-tengah pelajar yang pada Januari mendatang sekolah secara langsung akan diaktifkan kembali.
Pada akhir sesi, Ketua Riset Bogor Kala Wabah Wanda Dani Putra menjelaskan bahwa Diskusi Publik Online ini adalah salah satu rangkaian penelitian yang dilakukan oleh Kampoeng Bogor. Dan selanjutnya, akan ada pengambilan data melalui penyebaran kuesioner dan FGD.
Ditulis oleh: Robby Firliandoko