haibogorngariung@gmail.com Sign In | Sign Up

12 Oktober 2018 lalu kami menapaki kedua kaki kami di kawasan Glora Bung Karno Jakarta yang akrab disebut GBK, tepatnya pukul 5 sore.

 

 

Ada kebahagiaan tersendiri yang tersisip di hati ini bahwa aku dan teman ku mendapatkan amanah dari Rumah Merah Putih (RMP) untuk menjadi pendamping kegiatan hari ini. Rumah Merah Putih adalah komunitas di Bogor. Komunitas yang membina anak-anak marjinal dan jalanan. Komunitas gerakan kepemudaan bidang pendidikan yang didirikan oleh kak Indah Khoiriyah dan kak Aulia Rizqi pada 20 Desember 2012 yang tahun ini diketua oleh Manis, mahasiswi Universitas Pakuan.

 
Alhamdulillah rasa syukur menyelimuti kami. Hmm, perjalanan yang cukup melelahkan juga, dikarenkan bukan jarak yang dekat antara Bogor ke GBK.

 

Namun, kelelahan itu tidak lah lagi terasa, akan tetapi dipenuhi rasa menyenangkan dan jiwa yang menggelora.
Kami terdiri dari tujuh orang. Aku, satu orang teman ku, tiga anak-anak laki-laki, dan dua anak-anak perempuan. Teman ku bernama Miftahul Jannah atau yang kerap disapa MJ, mahasiswi Unversitas Pakuan jurusan PGSD.

 

 
Tiga orang anak-anak laki-laki yang bernama Guntur, Dani dan Wahyu. Sedangkan dua anak-anak perempuan yang bernama Windy dan Syifa. Mereka semua duduk di bangku Sekolah Dasar di kelas yang berbeda-beda. Dan aku sendiri bernama Asri dengan sapaan Aci, salah satu pengajar di Sekolah Quran Indonesia.
Aku sangat bahagia dapat pergi bersama anak-anak ini.

 

 

Anak-anak dari permukiman Monggol, Bogor. Anak-anak yang hebat, yang dengan keceriannya mampu mengisi kehidupan.
Kami pun membeli tiket masuk senilai Rp 10.000,- lalu kami berfoto bersama di depan arena foto Asian Para Games 2018. Aku tertawa melihat mereka bergaya. Aku mendapati senyuman dan kekonyolan mereka, terihat lepaaaas bahagia.

 

 

Usai puas bergaya di arena foto, kami pun bergegas ke petugas di pintu masuk untuk ditempelkan cap di tangan layaknya masuk ke area Dunia Fantasi dan petugas itu pun melakukan scan barcode di tiket.
Anak-anak melayang ke sana sini, pandangan mereka dan langkah kaki mereka terpancar rona bahagia. Suasana di area dalam GBK sungguh meriah. Stand-stand makanan berjejer dalam bentuk tenda-tenda tidak jauh dari pintu masuk menuju ke area dalam, yang hampir semuanya ada konsumen yang tengah membeli.

 
Booth-booth untuk berfoto bertengger di sana sini, yang kesemuanya di isi oleh antrian pengunjung yang tidak ingin kehilangan moment untuk berfoto. Panggung utama yang menampilkan band, yang dipenuhi oleh penonton. Kami pun menyempatkan berfoto di salah satu booth agar dapat mengabadikan moment ini.

 

 

Aku lirik jam tangan ku. Hmm, hari sudah semakin sore batin ku. Jam menunjukan hampir jam setengah enam. Tidak lama lagi waktu Magrib akan tiba.
Kami pun bergegas, kaki kami berlari menuju stadion GBK. Ku putuskan untuk menonton para Atlet.
Kami percepat kaki kami menuju loket pembelian karcis yang terlihat dari kejauhan sudah banyak antrian para calon penonton, dan akhirnya kami pun menyatu dalam barisan itu.

 

 

Detak jantung kami berdetak lebih kencang dan kecemasan menyelimuti, khawatir tiket telah habis.
Aku pun berbicara kepada anak-anak untuk berdoa agar kami tidak kehabisan tiket. Detik demi detik berlalu, menit demi menit berganti, mengalir dengan pasti. Alhamdulillah ucapku, kami bertujuh berhasil mendapatkan tiket. Tiket tersisa 30 lembar dan kami masuk ke dalam 30 penonton itu. Lega rasanyaaaaa….jantung rasanya terasa normal kembali. Tiket kami beli seharga Rp. 25.000,- per tiket.

 

 

Perjuangan kami belum berakhir. Kami harus menuju gate satu di mana itu adalah gate masuk menuju perlombaan sedangkan kami berada di gate enam.
Dan sesampainya di gate satu, kami harus menaiki tangga lalu menuju pintu masuk ke kursi tribun GBK. Ku lihat anak-anak tidak ada wajah letih di wajah mereka. Sampai perjalanan sejauh ini pun mereka tidak mengeluh haus, mereka justru antusias. Keantusiasan mereka terlihat bahwa mereka tetap membara melesat menuju pintu masuk tribun stadion nomor sepuluh walau posisi kami saat ini di pintu masuk nomor satu.

 

 

Fiuuuuuh, sesuatu rasanya.
Suasana di dalam station sangat ramai. Hampir keseluruhan kursi sudah terisi. Gemuruh penonton, tepuk tangan mereka dan semangat mereka membahana di stadion. Kami pun segera mencari kursi kosong dan Alhamdulillah Allah memberikan posisi kursi di tengah dengan pemandangan yang keren.
Aku duduk berjejer dengan para prajurit Monggol yang laki-laki sedangkan MJ dengan dua prajurit perempuan Monggol. Teriakan INDONESIA serentak berkumandang di stadion. Bulu kudukku berdiri. Anak-anak pun tenggelam dalam euphoria.

 

 
Mereka meperhatikan perlombaan dengan seksama, sesekali dua kali mereka melontarkan pertanyaan. Hmm inilah puncak agenda kami hari ini. Ku abadikan kebahagian mereka dalam video pendek, aku tidak ingin kehilangan moment ini.
Melihat kebahagian mereka, menyatunya hati satu sama lain adalah sesuatu yang berharga. Kalimat bijak ku hari ini “Kebahagian sejati adalah di saat kita mampu berbagi kebahagian kepada orang lain dan kita mampu merasakan kebahagian mereka sampai urat nadi diri ini.”

 

 
Bukan aku dan teman ku selaku pendamping mereka sepanjang hari ini yang memberikan pengalaman baru untuk mereka. Akan tetapi justru, mereka lah yang banyak memberikan pengalaman bagi aku dan teman ku.

 
Akan ku jadikan kisah ini sebagai bagian napak tilas ku menuju Jannah Nya.

 

Kisah ditulis oleh: Aci Nuetha
Editor: Robby Firliandoko
Foto: Dokumentasi RMP

%d bloggers like this: